Wednesday, 30 November 2016

JENIS JENIS MAJAS

JENIS JENIS MAJAS 

Majas


A. Majas perbandingan



     1)  Alegori:

Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran. Contoh: Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.

2)  Alusio:

Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal. Contoh: Sudah dua hari ia tidak terlihat batang hidungnya.

3)  Simile:

Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, " umpama", "ibarat","bak", bagai". Contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja.

4)  Metafora:

Pengungkapan berupa perbandingan analogis dengan menghilangkan kata seperti layaknya, bagaikan, dll. Contoh: Waspadalah terhadap lintah darat.

5)  Antropomorfisme:

Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
Contoh:
- Dia menunggu di mulut gua itu.
** Mulut adalah bagian tubuh manusia, tetapi digunakan sebagai bagian dari gua.

- Kancil itu pandai.
** Pandai adalah atribut/sifat manusia, tetapi digunakan sebagai atribut/sifat kancil.

6)  Sinestesia:

Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.
Contoh :
  • Kau tau ketika aku membongkar niat buruknya. Ia hanya terdiam, wajahnya berubah total, memucat masam.
  • Senyumnya merekah dan begitu hangat, membuat aku selalu senantiasa mengingatnya. Sulit sekali diriku jika tak memikirkannya
  • Percobaan pembunuhan yang ia alami malam itu merubah sikapnya menjadi sangat dingin. Ia seolah-olah tak ingin dekat dengan orang banyak 

7)  Antonomasia: 

Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.Contoh :
  • Badu slalu mendapatkan ranking satu di kelas , tak aneh jika semua menjulukinya si Pintar
  • Si Cantik yang dulu kita kenal telah berubah.
  • Si Manis kucingku , kemanakah engkau pergi ?
Nita berjalan dengan sangat lambat. Lelah sekali jika harus satu tim dengan Si Gemuk itu. Rino memang wajar jika akhirnya menjadi pimpinan kelompoknya. Si Lincah itu sangat cekatan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan atasan.

Sumber: http://contohmajasku.blogspot.co.id/2016/03/contoh-majas-antonomasia-kalimat.html
Disalin dari Contoh Majas.

Nita berjalan dengan sangat lambat. Lelah sekali jika harus satu tim dengan Si Gemuk itu. Rino memang wajar jika akhirnya menjadi pimpinan kelompoknya. Si Lincah itu sangat cekatan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan atasan.

Sumber: http://contohmajasku.blogspot.co.id/2016/03/contoh-majas-antonomasia-kalimat.html
Disalin dari Contoh Majas.

8)  Aptronim:

Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.Contoh: Karena sehari-hari ia bekerja sebagai kusir gerobak, ia dipanggil Karto Grobak.

9)  Metonimia:
 
Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.Contoh :
  1. Ayah membeli Honda baru untuk kakak. (motor)
  2. Pagi ini aku mengirim pesan singkat menggunakan smartfren Ibu.(HP)
  3. Ibu guru menulis dengan Snowman (sepidol)
  4. Aku menulis pelajaran dengan Pilot.(pena)
  5. Ayah mencukur kumisnya dengan Tiger (silet)
10)  Hipokorisme:

Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
Contoh : Lama Otok hanya memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang membuat Otok kian terkesima. 

11)    Litotes:

Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri. Contoh :
  1. Silahkan mampir ke gubukku.
  2. Jika berkenan, akan saya antarkan anda dengan motor butut ini.
  3. Hanya kado kecil ini yang bisa aku berikan.
  4. Mampirlah sejenak untuk mencicipi hidangan yang ala kadarnya ini.

12)    Hiperbola: 

Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.Contoh : Pohon itu tinggi sekali sampai setinggi gunung , Kecantikan Arina bagaikan bidadari turun dari surga, Cintaku padamu sedalam samudra.

13)  Personifikasi:

Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia.Contoh :
  1. Malam ini bulan menatapku dengan penuh kehangatan
  2. Angin membelai rambutku begitu lembut.
  3. Matahari mulai membakar kulitku.
14)  Depersonifikasi: 

Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa.Contoh :
Dia tetap saja mematung padahal polisi sudah berusaha keras mengintrogasinya. Bila engkau bunga, akulah yang jadi kumbangnya. Hatinya tetap membatu, padahal semua orang sudah berusaha menasihatinya.

Sumber: http://contohmajasku.blogspot.co.id/2016/02/contoh-majas-depersonifikasi-kalimat.html
Disalin dari Contoh Majas.
  1. Hatimu tetap membatu , walau aku slalu menasihatimu
  2. Jiwanya membara untuk bisa sekolah di unniversitas itu.
  3. Hatinya mencair ketika dia mengetahui siapa sebenarnya orang itu.
Dia tetap saja mematung padahal polisi sudah berusaha keras mengintrogasinya. Bila engkau bunga, akulah yang jadi kumbangnya. Hatinya tetap membatu, padahal semua orang sudah berusaha menasihatinya.

Sumber: http://contohmajasku.blogspot.co.id/2016/02/contoh-majas-depersonifikasi-kalimat.html
Disalin dari Contoh Majas.

15)  Pars pro toto:

Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek. Contoh :"Seekor Perkutut di beli ayah untuk dipelihara di rumah". Seekor perkutut bukan hanya merujuk pada bagian ekor tetapi merujuk bahwa perkutut itu sudah lengkap terdiri dari kepala ekor sayap kaki.
Untuk dapat memasuki wahana itu, perkepala diwajibkan membayar tiket seharga Rp. 10.000. Seekor kambing dibeli ayah untuk akikah adik perempuanku yang baru lahir kemaring. Warga Sragi, Ketapang, dan Bakauheni terpaksa angkat kaki dari tanah pemerintah yang sudah didiaminya selama puluhan tahun.

Sumber: http://contohmajasku.blogspot.co.id/2016/03/contoh-majas-sinekdote-pars-pro-toto.html
Disalin dari Contoh Majas.

16)  Totum pro parte:

Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.Contoh :
"Indonesia menang atas Thailand dalam pertandingan sepak bola di Jakarta kemarin sore."
Di sini disebutkan Indonesia dan Thailand (keseluruhan negara Indonesia dan Thailand, namun yang dimaksudkan adalah tim nasional sepak bola Indonesia dan tim nasional sepak bola Thailand)

17)  Eufimisme:

Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.Contoh :
  1. Aku merasa kasihan dengan Gunawan , kini ia menjadi tunanetra sejak kecelakaan itu.(tuna netra=buta)
  2. Pak saya minta izin ke belakang(ke belakang=keWC)

18)  Disfemisme:

Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.Contoh :
Bolehkah saya meminta izin untuk kencing sebentar?.

19)  Fabel:

Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.Contoh: Kancil itu sangat cerdas sehingga buaya kewalahan di buatnya.

20)  Parabel:

Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.Contoh : Dongeng si Malin kundang.

21)  Perifrasa:

Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.Contoh : Ia telah beristirahat dengan damai.

22)  Eponim:

Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.Contoh :
Bukan main SMA ini segera menjadi negara gading tahta tertinggi  intelektualitas di pesisir timur,…. Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa eponim karena “negara gading tahta tertinggi inteletualitas” menggambarkan sebuah SMA yang menjunjung tinggi intelektual manusia yaitu mengedepankan ilmu.  


23)  Simbolik:

Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.Contoh : 
  1. Warna merah melambangkan keberanian yang sejati.
  2. Kebanggaan kita adalah burung Garuda yang merupakan lambang bangsa dan negara Indonesia.
  3. Dalam persoalan politik, selalu ada yang menjadi kambing hitam. (korban)
  4. Jika mereka tak terima dengan perbuatan kita, mereka bisa membawa persoalan ini sampai ke meja hijau. (pengadilan)

24)  Asosiasi:

Perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.Contoh :
  1. Sikapnya sangat keras seperti batu. 
  2. Kenaikan harga BBM ini bagai tali yang melilit leher rakyat kecil. 
  3. Cintaku padamu bak telur diujung tanduk. 
  4. Lihatlah kedua wanita itu bagaikan pinang dibelah dua


B. Majas Sindiran


1)  Ironi:

Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.Contoh :
  1. Halus sekali suaramu, seperti suara kendaraan beroda tiga.
  2. Sopan sekali dikapmu, bisa buang gas sebau ini tanpa bersuara.
  3. Badanmu wangi sekali, sudah berapa hari tidak mandi?
  4. Wah jalannya rata sekali, tidak ada 1 cm pun yang bebas dari lubang
  5. Cuaca hari ini sangat stabil, panasnya sudah cukup untuk mematangkan telur.

2)  Sarkasme: 

Sindiran langsung dan kasar. Contoh :
  1. Mau muntah aku melihat wajahmu, pergi kamu!
  2. Dasar kerbau dungu, kerja begini saja tidak becus!
3)   Sinisme:

Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi). Contoh :
  1. Perkataanmu tadi sangat menyebalkan, tidak pantas diucapkan oleh orang terpelajar sepertimu.
  2. Lama-lama aku bisa jadi gila melihat tingkah lakumu itu.

4)   Satire:

Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll. Contoh :Ya, Ampun! Soal mudah kayak gini, kau tak bisa mengerjakannya!

5)    Innuendo:

 Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya. Contoh : Ia menjadi kaya raya karena mengadakan kemoersialisasi jabatannya


C. Majas Penegasan


1)    Apofasis   :

Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan. Contoh :
  1. Anda adalah kaum terdidik yang menjunjung kesantunan. Sikap tidak sopan anda ditempat ini telah membuat warga resah. 
  2. Citra anda di hadapan rekan rekan di kantor cukup baik. Akan tetapi, akibat adanya kasus pelecehan ini anda telah menghancurkan semuanya. 
  3. Terima kasih atas kebaikan yang telah anda lakukan selama ini. Tetapi maaf, kebohongan yang telah kamu lakukan telah menghilangkan kepercayaan saya kepadamu.

2)    Pleonasme: 

Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan. Contoh :
  1. Kau sembahyang bersama para leluhur. Dan lubang peluru di tengkorak kepala itu mengeluarkan gema yang dibawa sungai sungai (Puisi berjudul “Pidie”, berjudul Ahda Imran). 
  2. “Ikutlah ke negeriku”, bujukmu“di sana- bahkan setelah tua sekalipun di setiap akhir tahun – kau masih dapat jadi sinterklas, membayangkan dirimu naik kereta salju yang ditarik kijang bertanduk panjang dan menipu ribuan anak anak” (Karangan berjudul “Prometheus”, oleh Aslan A. Abidin). 
  3. Masih kudengar suara panggilan itu menggeletak pada meja yang berdebu (Puisi berjudul “Kota Purba” oleh Dorethea Rosa Herliany) 
  4. Hujan turun ke bumi membasahi tanah 
  5. Saya melihat dengan mata kepala sendiri

3)     Repetisi: 

Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.Contoh : 
  1. Burung kutilang di cabang nangkasabrang , Kicaunya nyaring menebari muka ladang ,Kicaunya nyaring menyambut pagi datang ,Kicaunya nyaring mengantar hari petang (Dikutip dair puisi “Kutilang” karya Piek Ardijanto Soeprijadi). 
  2. Sebenci bara api pada dunia dan laki laki , ia benci , sebenci malam hitam pada dini hari ,ia benci , benci pada mereka yang bikin hutannya mati (Puisi berjudul “Magdalena” karangan Fridolin Ukur).

4)      Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
          Contoh :
  1. Apakah kau dengan petir , Dari balik balik , Dadaku bergetar getir? (Puisi berjudul “Petir” karangan M.Aan Mansyur). 
  2. Selamat sore Mata le , Bukit yang tak pernah lelah oleh deru letusan , Lurah yang tak leleh oleh dera matahari (Puisi berjudul “Mata le” oleh Hasta Indriyana).
 
5)      Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.  
         Contoh :
  1. Kami mengeramas rambut kami biar subur dan rindang. Memang, kadang kadang kepala kami gundul dan gersang, tapi kami tetap memupuknya dengan sampoh rempah dan rimpang, agar akar rambut kami tetap kuat dan tunjuang. (Karangan berjudul “Rindang” oleh T.S. Pinang). 
  2. Cicak itu cintaku, berbicara tentang kita, yaitu nonsens.(“Karangan berjudul “Dongeng sebelum tidur” oleh Goenawan Mohamad)

6)      Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar.
          Contoh : 
  1.  Kita harus senantiasa bersyukur baik dalam kesusahan maupun bahagia.
  2. Orang miskin ataupun kaya semuanya sama di mata hukum.
Kita harus senantiasa bersyukur baik dalam kesusahan dan kesenangan. Orang miskin ataupun orang kaya, keduanya memiliki kedudukan yang sama di mata hukum.

Sumber: http://contohmajasku.blogspot.co.id/2016/03/contoh-majas-paralelisme-kalimat.html
Disalin dari Contoh Majas.
 
7)      Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya. Contoh :
  1. Mengapa kamu cemas dan gelisah begitu
  2. Hancurluluh seketika
    Dan paduan dua jiwa
    (“Pelarian” oleh Chairil Anwar)
     
8)      Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu. Contoh :
  1. Semua sudah tersedia
    Kursi kebun warna warni
    Di atas rumputan hijau
    (Rumah Andreas, W. S. Rendra) 

9)      Antanaklasis:

Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan. Contoh :
  1. anggal tanggal yang tanggal itu
    Kini tinggal beberapa?
    (“Sajak ulang tahun” oleh Hasta Indriyana). 
     
10)    Klimaks:

Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.Contoh :
  1. Kontes pencarian bakat itu tak terikat pada usia. Bisa diikuti oleh semua kalangan dari remaja, dewasa, maupun orang tua.
  2. Baik dari kalangan rakyat kecil, akademisi, politisi, birokrasi, dan berbagai kalangan menolak dengan tegas RUU lokalisasi prostitusi dan perjudian di IndonesiaBaik dari kalangan rakyat kecil, akademisi, politisi, birokrasi, dan berbagai kalangan menolak dengan tegas RUU lokalisasi prostitusi dan perjudian di Indonesia

11)     Antiklimaks: 

Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.Contoh :
  1. Ajang pencarian bakat stand-up Comedy Indosiar bisa diikuti semua kalangan, mulai dari orang tua, orang dewasa, anak muda, hingga anak-anak usia SD. Baik kalangan ekonomi atas, kelas menengah, maupun kalangan ekonomi kelas bawah, semua sama-sama gusar karena kenaikan harga bahan pangan. Rakyat harus pandai pemimpin. Mulai dari gubernur, bupati, camat, hingga kepala desa, semuanya harus diduduki oleh orang-orang yang berkompeten.

    Sumber: http://contohmajasku.blogspot.co.id/2016/02/contoh-majas-antiklimaks-kalimat.html
    Disalin dari Contoh Majas.
    Status Gunung Merapi di Jawa Tengah yang sedang meletus dari status awas, siaga, waspada, kembali ke status normal dan warga mulai kembali ke rumah masing-masing.
  2. Acara yang dihardiri oleh Walikota, Bupati, Kepala Desa, Ketua RW, Ketua RT, dan seluruh lapisan masyarakat.
  3. Karena tindakan yang serakah menjadi bangkrut padahal dahulunya ia adalah juragan tanah, menjadi petani biasa dan sekarang hidupnya menjadi buruh lepas.
    Ajang pencarian bakat stand-up Comedy Indosiar bisa diikuti semua kalangan, mulai dari orang tua, orang dewasa, anak muda, hingga anak-anak usia SD. Baik kalangan ekonomi atas, kelas menengah, maupun kalangan ekonomi kelas bawah, semua sama-sama gusar karena kenaikan harga bahan pangan. Rakyat harus pandai pemimpin. Mulai dari gubernur, bupati, camat, hingga kepala desa, semuanya harus diduduki oleh orang-orang yang berkompeten.

    Sumber: http://contohmajasku.blogspot.co.id/2016/02/contoh-majas-antiklimaks-kalimat.html
    Disalin dari Contoh Majas.

12)     Inversi:

Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.Contoh :
  1. Aku dan dia telah bertemu > Telah bertemu, aku dan dia
  2. Jini dan Juni telah lahir > Telah lahir, Jini dan Juni

13)    Retoris:

Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.Contoh :
  1. Siapakah yang tidak ingin hidup ?
  2. Siapa yang tidak ingin pintar ?

14)    Elipsis:

Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.Contoh : Kami ke rumah nenek ( penghilangan predikat pergi )

15)    Koreksio:

Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya. Contoh : Silakan pulang saudara-saudara, eh maaf, silakan makan.

16)     Polisindenton:

Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung. Contoh : Sesudah menyandarkan sepeda, lalu dia masuk ke teras rumah itu, kemudian mengetuk pintu, dan ditunggunya sampai tuan rumah tampak batang hidungnya.

17)    Asindeton:

Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung. Contoh : ungkapan veni, vidi, vici (saya datang, saya melihat, saya menang).

18)    Interupsi:

Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat. Contoh : Pak Budi, lurah desaku, orangnya sangat baik.

19)    Ekskalamasio :

Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru. Contoh : Aduhai, ramainya pertandingan ini!
20)    Enumerasio:

Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan. Contoh : Korban kritis, motonya hancur lebur, darah menganak sungai, mengalir ke mana-mana.
21)    Preterito:

Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.Contoh : Jangan kamu beritahu andi, kalo saya tadi menyontek.
22)    Alonim:

Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan. Contoh : Bagaimana jika perdarahan di otaknya tidak kunjung berhenti prof.?” tanya mahasiswa yang antusias pada kuliah kedokteran Prof. Budi Waseso.

23)  Kolokasi:

Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat. Contoh : Nasibku, harus berurusan dengan si keras kepala.

24)    Silepsis:

Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis. Contoh : Ia menundukkan kepala dan badannya untuk memberi hormat kepada kami.

25)    Zeugma:

Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu. Contoh :Perlu saya ingatkan, Nenek saya itu peramah dan juga pemarah.

D. Majas Pertentangan
1)   Paradoks:

Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar. Contoh : Aku merasa sendirian di tengah kota Semarang yang ramai ini.

2)   Oksimoron:

Paradoks dalam satu frasa.Contoh : Siaran radio dapat dipakai untuk sarana persatuan dan kesatuan, tetapi dapat juga sebagai alat untuk memecah belah suatu kelompok masyarakat atau bangsa.

3)   Antitesis:

Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya. Contoh : Tua muda, besar kecil, ikut meramaikan festival durian itu.

4)   Kontradiksi interminus:

Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya. Contoh : Semua sudah siap kecuali Rizqi. (pernyataan "kecuali Rizqi" menyangkal pernyataan sebelumnya, yaitu "semua sudah siap")

5)    Anakronisme:

Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya. Contoh : Dalam tulisan Cesar, Shakespeare menuliskan HP berbunyi tiga kali (saat itu HP belum ada)


Share this

0 Comment to "JENIS JENIS MAJAS"

Post a Comment